54 research outputs found

    Deskripsi Karya Cover Buku “Lontar Kidung Gambang Gita Gegrantangan (Kawi-Indonesia-Inggris)”

    Get PDF
    Cover atau sampul buku merupakan salah satu bagian luar dari buku yang terdiri dari judul buku, nama pengarang, nama penerbit dan gambar yang mewakili isi. Kemudian ada juga kulit buku bagian belakang, terdiri dari sinopsis isi buku/ulasan isi buku, isbn, alamat penerbit dan ada juga yang mencantumkan biografi penulis. Cover buku juga bisa diartikan sebagai bagian terluar dari buku (disebut juga sebagai kulit buku) yang terdiri dari bagian depan (front cover) dan bagian belakang (back cover). Perlunya cover pada sebuah buku adalah agar buku tersebut memiliki nilai jual yang tinggi sehingga dalam perancangannya harus terlihat menarik. Agar terlihat menarik maka perlu tahapan-tahapan proses perancangan. Tahapan pertama adalah menentukan konsep desain dari cover buku tersebut. Pada perancangan ini konsep desain yang digunakan adalah "Prasi" dimana disesuaikan dengan judul buku yaitu lontar. Prasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian lembaran lontar bergambar, biasa bergambar ragangan. Sehingga kesesuaian antara gambar sampul dan judul buku tercapai. Selain itu penggunaan warna dasar hitam memberikan kesan elegan dan garis coklat memberikan kesan tradisi dimana hal ini mengikuti tema dari buku yang merupakan buku yang mengangkat tentang kidung klasik yang cukup lama usianya

    Kajian Kualitas Informasi pada Situs Resmi Pemerintah Daerah Bali II

    Get PDF
    Bila dilihat lebih jauh tingkat accuracy nya dengan cara memilih salah satu artikel yang ada di “Berita Terkini” yaitu “AYU PASTIKA SERAHKAN BANTUAN RUMAH KEPADA KELUARGA MISKIN, terlihat bahwa masih belum adanya tanggal publikasi yang dicantumkan tetapi sudah mencantumkan nama penulis informasi pada bagian akhir naskah. Bila dikaji dengan kriteria accuracy, maka dapat dikatakan bahwa situs resmi pemerintah propinsi Bali masih kurang memenuhi kriteria accuracy yang baik, dimana belum mencantumkan tanggal publikasi dari informasi yang ditayangkan. Gambar yang dimunculkan hanya sebatas memperkuat informasi yang ditampilkan. Tetapi seperti diketahui bahwa situs ini merupakan situs resmi pemerintah daerah dimana secara verifikasi data dapat dipertanggunjawabkan. Sehingga secara umum, menurut kriteria accuracy informasi yang ditayangkan dianggap memenuhi criteria karena sudah diverifikasi oleh badan pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah propinsi Bali. * Objectivity (Obyektivitas) Obyektivity adalah sejauh mana informasi yang diberikan mengungkapkan fakta dan kenyataan dibanding dengan pendapat pribadi dan biasnya (Tate, 2010:p.11). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa situs dapat dibuat dan dikembangkan oleh tiap individu, maka tentunya tingkat subyektivitas informasi yang dibuat akan ikut mempengaruhi pengembang dalam menuliskan informasi dalam sebuah situs. Jika hal itu terjadi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat validitas informasi yang ditayangkan situs tersebut dianggap tidak memiliki validitas dan akan menimbulkan ketidakpercayaan pengguna atas situs tersebut. Tingkat validitas itu dapat dilihat dari dimunculkannya tanggal publikasi dan jika merupakan sebuah argumentasi dari sebuah permasalahan ataupun ide-ide yang berkenaan dengan permasalahan yang ada tentunya perlu mencantumkan referensi yang digunaka

    Kajian Relasi Desain Dan Media

    Get PDF
    Manusia sebagai makhluk sosial tentunya akan berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi adalah sebuah bentuk komunikasi. Macam-macam komunikasi sebagai bentuk interaksi manusia terdiri dari intrapersonal, interpersonal, kelompok kecil (small group), publik komunikasi, mass komunikasi (adler, 2006, p.6-8). Pembagian ini merupakan berdasarkan jumlah orang yang berkomunikasi, dimana tentunya mass komunikasi merupakan jumlah terbesar orang dimana memerlukan media yang harus memediasi komunikasi diantara mereka. Media yang mereka gunakan biasanya disebut mass media seperti koran, majalah, televisi, radio dan sebagainya. Mass media berasal dari dua kata yaitu “mass” dan “media”. Mass mengacu pada penerimaan media secara besar-besaran (massive) seperti televisi, film dan sebagainya (Laughey, 2007, p. 1). Media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang pada dasarnya adalah sarana teknis atau fisik untuk merubah pesan menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui saluran tersebut (Fiske, 1990, p.29). Sehingga mass media adalah no interaction among those co-present can take place between sender and receivers (tidak adanya interaksi diantara kehadiran media-media tersebut yang dapat mengambil tempat antara pengirim dan penerima) (Luhmann, 2000, p.2). Media bisa dibagi-bagi menjadi tiga kategori dasar (Danesi, 2002, p. 8) yaitu medium alami, medium buatan dan medium mekanis. Medium alami yaitu yang memancarkan gagasan dengan cara berbasis biologis (suara, ekpresi wajah, gerakan tangan, dan sebagainya). Medium buatan yaitu bagaimana gagasan direpresentasikan dan dikirimkan menggunakan satu artefak tertentu (buku, lukisan, patung, surat dan sebagainya). Medium mekanis, bagaimana gagasan dikirimkan menggunakan peralatan mekanis temuan manusia seperti telepon, radio, pesawat televisi, komputer, dan sebagainya

    KAJIAN KUALITAS INFORMASI PADA SITUS RESMI PEMERINTAH DAERAH BALI (HTTP://WWW.BALIPROV.GO.ID) SECARA PERSEPSI VISUAL I

    Get PDF
    A. Pengantar 1. Latar Belakang Persepsi menurut kamus bahasa Indonesia berarti “tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu” atau “proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya”. Dan visual berarti “dapat dilihat dengan indra penglihat (mata)” atau “berdasarkan penglihatan”. Sehingga dapat disimpulkan disini persepsi visual berarti tanggapan langsung dari sesuatu berdasarkan penglihatan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui indra penglihat dalam hal ini mata. Persepsi meliputi sistem multi komponen yang meliputi memperoleh informasi yang berhubungan dengan peristiwa, fenomena dan konsep-konsep di sekitar, merasakan rangsangan dan menyadari pesan yang diberikan. Menurut Jamieson (2007), persepsi visual terjadi dalam dua bentuk yaitu direct perception (persepsi langsung dan indirect perception (persepsi secara tidak langsung). Persepsi langsung terjadi ketika cahaya mencapai mata dan persepsi secara tidak langsung terjadi ketika manusia di mediasi oleh simbol-simbol budaya dalam menafsirkan rangsangan yang diterima. Menurut Demirel (Demirel & Un, 1987), persepsi dapat digambarkan sebagai proses sensasi dan realisasi melalui indera. Pendapat lain mengatakan bahwa persepsi visual adalah konsep kesadaran indrawi yang dirasakan dan dipilih, mengatur dan menjelaskan setiap rangsangan tertentu secara holistik sebagai bagian dari konsep yang melalui pemahaman fitur visual nya (Behrens, 1984; Booth, 2003; Findlay & Gilchrist, 2003). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, semakin mempersulit persepsi manusia secara visual akibat semakin kompleknya struktur yang menyusun sebuah karya desain. Salah satunya adalah situs atau lebih dikenal dengan website. Dengan perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak yang ada pada komputer membuat situs semakin komplek dimana sebuah situs dapat dilengkapi dengan audio (suara) dan video. Secara visual, semua situs terlihat sama. Padahal situs dapat dibagi menjadi situs bisnis (E-Commerce), situs informasi (E-Information), situs berita (E-News), dan situs hiburan (E-Entertainment). Disamping itu, tiap situs memiliki ciri-ciri tertentu secara visual yang dapat dipakai untuk menentukan kualitas informasi yang diberikan

    Televisi sebagai Konstruksi Realitas, Bagian II

    Get PDF
    Analisis 1. Iklan Menurut Jeffkins (1997), iklan adalah cara menjual melalui penyebaran informasi, dimana merupakan suatu proses komunikasi lanjutan yang membawa para khalayak ke informasi terpenting yang memang perlu mereka ketahui. Dengan kata lain, iklan adalah suatu cara membicarakan hal-hal tertentu kepada khalayak ramai, sebagai calon konsumen, mengenai suatu produk, baik barang maupun jasa, melalui berbagai media komunikasi massa, baik cetak maupun elektronik, dengan bermacam metode untuk mempengaruhi atau mendorong masyarakat, sebagai calon konsumen, agar tertarik untuk membeli barang atau jasa tersebut. Sebagai contoh adalah iklan pemutih kulit Pond’s Flawless White. Secara tekstual, pencitraan yang diberikan adalah penyamarataan antara kulit yang putih dengan kecantikan. Hal ini dapat dilihat dari narasi yang dibangun berupa adanya ketertarikan pria hanya kepada wanita yang memiliki kulit yang putih. Secara wacana, iklan pemutih kulit pada wanita ini menunjukkan ketundukan seorang wanita terhadap kekuasaan pria, dimana dapat dilihat dari cara wanita yang harus mengubah warna kulitnya yang berwarna menjadi putih. Khalayak pemirsa diajak untuk beropini bahwa kulit yang putih adalah superior dan wanita diajak untuk mengganti warna kulitnya dengan warna putih. Ini adalah bentuk konstruksi realitas yang ada dimana menurut Wolf (2004), model pencitraan yang mensyaratkan perempuan bisa dikatakan cantik dengan harus putih dan langsing adalah merupakan mitos yang menghanyutkan. Dia menjelaskan bahwa mitos tersebut telah merusak perempuan dan membuat mereka terobsesi meraih citra ideal tentang kesempurnaan fisik. Bahkan tidak sedikit perempuan tega merusak diri sendiri karena terpenjara oleh mitos kecantikan tersebut. Mitos kecantikan perempuan adalah suatu bentuk destruktif dari kontrol sosial dan juga merupakan reaksi terhadap meningkatnya status perempuan, ketika perempuan kini lebih dihargai dan diperhitungkan secara profesional baik dalam dunia bisnis maupun politik

    ANALYSIS OF THE BADE WHEELED PHENOMENON IN THE NGABEN CEREMONY STRUCTURE IN BALI

    Get PDF
    The purpose of the analysis of the Bade Wheeled Phenomenon in the Ngaben Ceremony Structure in Bali is to reveal the meaning of Wheeled Bade. Bade is known in traditional Balinese culture as an important tool in the Ngaben Ceremony in Bali. However, some Balinese people have replaced the word "bade" with "bade wheels" as a means of Ngaben Ceremony. The problem is centered on: 1) What is the meaning of "bade" in the Ngaben Ceremony?; 2) What is the meaning of "wheeled bade?" The analysis of the Bade Wheeled Phenomenon in the Ngaben Ceremony Structure in Bali has been completed using qualitative methods in the perspective of cultural studies. The technical design of this research is realized based on the non-positivistic paradigm with the help of a semiotic approach. All data was collected through observation and literature study. All data were analyzed in an interpretative qualitative manner using symbol theory and reception theory. The results of the study show that: 1) Ngaben using Bade has a socio-religious meaning for Hindus in Bali. Ngaben is always celebrated using Bade, accompanied by various forms of Hindu sacred ceremonies. Bade has cultural meaning as an instrumental of the pitra yadnya rite that can be useful in fostering kinship in Balinese society; 2) The phenomenon of wheeled bade in the structure of the Ngaben ceremony has added economic value to mediators and users. On the one hand, the wheeled Bade in the structure of the Ngaben Ceremony has reduced the meaning of sacredness and the meaning of solidarity. This happened along with the change in the instrumental meaning of Bade in the Ngaben ceremony

    PARADIGMA PENDIDIKAN SENI DI ERA GLOBALISASI BERBASIS WACANA

    Get PDF
    The paradigm of the arts education in the future must be able to apply various approaches where learners can cultivate their views and tolerant attitude towards the cultural diversity in Indonesia. The arts education is expected to be a compulsory course in universities so that the students have sensitive, aesthetic, creative and innovative attitude as well as adaptive character to any change and good ethics in expressing their creativities. It is not just an education generated only for the sake of art competition but must become a daily necessity. In facing the globalization phenomenon, the arts education is made to utilize multicultural approach which can be accepted by various circles of society. The arts educa- tion with a multicultural approach should have flexibility and rely on the ability of the learners and the socio-cultural conditions of the local society. The role of the arts educators is expected to not only pos- sess the local artistic knowledge, but also the knowledge about other regional arts so that in this way the students obtain complete knowledge of arts and culture as well as fostering the sense of tolerance with the diversity
    • …
    corecore